Aksi JRX

Butir-Butir Tuntutan Pemuda Desa Kuta
oleh Jrx


1. Pemberdayaan Bisnis Lokal: Bisnis di Kuta sebagian besar sudah dikuasai oleh asing. Bisnis lokal semakin terpinggirkan. Kami menuntut keberpihakan Pemerintah dalam hal pembatasan jumlah investor asing yang masuk ke Kuta, penertiban segala bentuk usaha yang tidak memiliki ijin serta tidak mempersulit ijin-ijin usaha yang dimiliki oleh warga lokal. Selama ini warga lokal kesulitan bersaing dengan bisnis-bisnis yang dimiliki asing karena dengan modal yang jauh lebih besar serta kedekatan emosional yang dimilikinya, bisnis asing otomatis lebih dipercaya oleh wisatawan asing. Ada fenomena jika wisatawan asing datang ke Bali hanya untuk memperkaya bisnis yang dimiliki oleh warga asing. Lokal cukup hanya menjadi penonton.

2. Perbaiki Mindset Aparat Hukum: Berkaca dari kasus kasus yang terjadi di Kuta, sudah menjadi rahasia umum jika aparat kurang serius dalam mengedepankan kenyamanan warga dan lebih berpihak kepada hal-hal yang menguntungkan diri sendiri. Kuta sebagai gerbang pariwisata Bali sudah seharusnya mendapat pengamanan extra dimana itu jelas-jelas merupakan tugas pemerintah dan aparat. Selama ini aparat terkesan terlalu mengandalkan warga lokal dalam hal mengamankan Kuta. Bagaimana warga lokal bisa mengembangkan potensi dirinya dan bersaing dengan bisnis asing jika setiap malam kita ditugaskan menjaga keamanan?

3. Ketertiban Umum: Kami menuntut pemerintah lebih tegas dalam menerapkan jam operasional diskotik dan club di Kuta, agar maksimal tutup jam 02:00 WITA. Kami ingatkan, Kuta adalah desa yang penduduknya perlu istirahat dengan tenang. Kami juga menuntut pemerintah memberi tindakan tegas kepada club/diskotik yang memperlakukan peraturan-peraturan yang bersifat diskriminatif terhadap WNI.

4. Filterisasi Wisatawan: Karena citra Kuta yang semakin 'murah', kualitas turis yang berkunjung ke Kuta pun mengalami penurunan termasuk tingkah dan perilakunya. Sudah banyak terjadi kasus-kasus memalukan yang disebabkan oleh perilaku turis-turis yang kurang berkualitas. Efeknya adalah pemberitaan Internasional yang makin mencitrakan Kuta/Bali sebagai sebuah pulau dimana para turis bisa melakukan apa saja. Kami menuntut pemerintah agar membuat sebuah sistem filterisasi wisatawan yang masuk ke Bali. Misalnya, syarat-syarat berkunjung diperketat agar Kuta/Bali tidak terkesan terlalu murahan di mata para turis. Jika hal ini dibiarkan, ada kekhawatiran akan terjadi kasus-kasus rasialisme.

5. Pembatasan Kendaraan: Tidak hanya macet, Kuta juga mengalami kesemrawutan dalam hal transportasi. Kami menuntut pemerintah agar menertibkan dan mengedukasi rental-rental motor yang seringkali menyewakan motornya kepada turis yang tidak mengetahui peraturan lalu-lintas dan cara berkendara di sini. Seringkali ini menjadi pembiaran agar aparat bisa mengambil keuntungan dari sana. Kami juga menuntut agar pemerintah membatasi jumlah taxi yang beroperasi di Kuta karena taxi seringkali menjadi sumber kemacetan di daerah kami.

6. Tata Bangunan Kota : Maraknya pembangunan gedung-gedung tinggi yang tidak mengindahkan lingkungan sekitar, ruko bisa disulap jadi hotel, central parkir di sulap jadi hotel, bangun hotel tapi tidak ada parkir, lama- kelamaan Kuta akan menjadi seperti mini Jakarta, tidak ada sentuhan Bali-nya.

7. Pertahankan Harga Diri: Kami menuntut pemerintah agar secara serius dan intensif mengedukasi warga untuk tidak menjadi budak pariwisata. Hal ini bisa dimulai dari kurikulum sekolah-sekolah pariwisata agar Bali melahirkan tenaga kerja pariwisata yang cerdas, berani bersaing dan tidak minder melihat warga asing. Harus digaris bawahi, turis yang lebih memerlukan Bali, bukan Bali yang harus mengemis kepada turis. Dengan harga diri yang terjaga, rasa hormat dan apresiasi akan datang dengan sendirinya. Mental budak harus dihapuskan.



#SaveBali #SaveIndonesia Cheers,,,, :)

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter