Drama


Pertengkaran Orang Tuaku

Adegan I

            Siang itu, kedua orang tua Firda bertengkar hanya karena masalah yang sepele.

Ibu      : Ini kalung siapa ? (berteriak sambil menggegam kotak yang berisi kalung).             
Ayah   : Itu titipannya Pak Romi! (sambil menunjuk ke arah kalung).
Ibu       : Bohong ! (lalu membanting kalung ke lantai).
           
            Firda, Indah dan Arnia berjalan kaki dari sekolah menuju rumah mereka masing-masing. Ketika sampai di depan rumah Firda, Firda mendengar teriakan-teriakan dari dalam rumahnya.                                
Firda     :  Ada apa Yah, Bu ? (matanya melotot karena kaget)
Ayah     : Diam kau, Nak ! Jangan ikut campur ! Cepat pergi ke kamar !
              (Firda berlari ke kamar sambil menahan tangis)

            Setelah Firda masuk ke dalam kamar, kedua orang tua Firda kembali bertengkar.
Ayah     : Aku sudah jujur ! Sekarang apa mau mu? (matanya melotot  marah)
Ibu         : Bilang saja yang sebenarnya ! Itu kalung siapa ? (mulai meneteskan air matanya)
Ayah     : Terserah kamu saja mau percaya atau tidak ! (sambil berjalan pergi ke kamar)

Adegan II

            Firda kabur dari rumah menuju rumah Indah dan Arnia karena tidak tahan melihat kedua orang tuanya bertengkar. Setelah beberapa ratus meter berjalan dari rumah, Firda pun sampai di depan rumah Indah dan Arnia. Suasana di rumah Firda menjadi sepi.
Firda    : Indah? Arni ? (lalu mengetuk pintu rumah)
Indah   : Ada apa Fir ? (Indah keluar dari dalam kamar)
Arnia   : Kok tumben main kerumahku jam segini ? (Arnia menyusul)
Firda    : Iya nih. Aku lagi ada masalah. (sambil merundukkan kepalanya)
Indah   : Masalah apa Fir ? Ayo masuk dulu!
Firda    : Tadi siang orang tuaku bertengkar.
(melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam rumah sambil terus merundukkan kepalanya)
Indah   : Bertengakar karena apa Fir ? Setahuku orang tuamu kan akur
 terus ? (Indah duduk di kursi tamu)
Arnia  : Iya Fir. Kok bisa bertengkar sih ? (duduk di samping Indah)
Firda    : Aku juga nggak tahu pasti apa masalahnya. Yang jelas aku shock banget lihat orangtuaku bertengkar. Ayahku juga jadi kasar sama aku. Padahal sebelumnya ayahku nggak pernah ngebentak aku.  (Firda duduk di depan kursi Indah dan Arnia sambil menangis)
Arnia   : Udah Fir, mungkin orangtuamu cuma salah paham.
Indah   : Mungkin juga ayahmu tadi sedang emosi jadinya dia kasar sama kamu.
Firda   : Enggak Ar ! Nggak biasanya orangtuaku salah paham sampai bertengkar seperti tadi. Ayahku juga kalau lagi emosi nggak  pernah kasar sama aku tuh. (tangisan Firda makin menjadi-jadi)
Arnia   : Cup...cup...cup... Udah Fir, jangan nangis lagi. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. (Arnia berjalan menuju tempat duduk   Firda dan duduk disamping Firda sambil memegang pundak Firda)
Indah   : Iya Fir, udah ya jangan nangis lagi. (Indah berjalan lalu duduk disamping Firda)                
Firda    : Makasih ya Arni, Indah ? Malam ini aku boleh menginap di rumahmu nggak
Indah   : Boleh banget. Tapi kamu udah izin sama Ayah dan Ibumu belum ?
Firda    : Belum. Tadi aku kan kabur. (lalu mengusap kedua tangannya)
Arnia   : Nanti kalau orangtuamu nyari kamu gimana ?
Firda    : Udah, gakpapa kok. Boleh ya..ya..ya..? (sambil menyatukan kedua                                      telapak tangannya dan memohon)
Indah & Arnia : Okelah.. Kita izinin ! Lagian orangtuaku lagi keluar kota.

Adegan III

            Malam harinya, saat Firda, Indah, dan Arnia sedang asyik bersendau gurau, kedua orangtuanya Firda datang untuk menjemput Firda pulang.
Pak Novan      : Tok...tok...tok... Assalamu’alaikum ? (datang bersama Bu Dita, lalu                                     terdengar suara orang membuka pintu)
Indah               : Wa’alaikumsalam... Eh, ada apa tante ?
Bu Dita           : Firda ada ?
Indah               : Bentar Tan, aku panggilin. Silahkan masuk dulu. (Pak Novan dan Bu                                  Dita lalu masuk dan duduk di ruang tamu) Firda terkejut melihat kedatangan kedua orangtuanya.
Firda                : Lhoh ? Yah ? Bu ? (Firda menghampiri kedua orangtuanya dengan muka                           kaget dan takut)
Pak Novan      : Ayo, pulang Nak !
Firda                : Aku nggak mau pulang !
Bu Dita           : Ayolah Nak... Pulang !
Pak Novan      : Iya , ayo pulang ! Malam-malam begini masih saja bermain ? Bukannya                               belajar ! Ayo pulang ! (marah sambil melotot)
Bu Dita           : Udah ya Nak. Ayo kita pulang ! (sambil menarik tangan Firda lalu                                      membawanya keluar rumah)
Pak Novan      : Maaf ya dek, sudah ngerepotin.
Indah & Arnia : Oh,, iya Om.. Nggak apa-apa.

            Firda dan kedua orangtuanya pulang ke rumah.
Pak Novan      : Kenapa kamu pergi dari rumah ?
Firda                : Gara-gara Ayah dan Ibu selalu bertengkar.
Bu Dita           : Besok, kalau mau pergi pamit dulu sama Ayah dan Ibu. (Firda hanya                                  mengangguk)
Pak Novan      : Kamu jadi Ibu bukannya ngurusin anak, malah . . (Omongannya terputus,                           saat suaminya menyela)
Bu Dita           : Udah, deh. Kamu itu bisanya cuma nyalahin aku aja.
Firda                : STOP. . . !!! (berteriak sambil menutup kedua telinganya dengan tangan                             dan berlari ke kamar)

Adegan IV

            Tujuh hari setelah pertengkaran kedua orangtuanya, Firda jadi tidak fokus pada pelajaran. Padahal besok Ia akan menghadapi Mid Semester. Dua minggu setelah Ia menghadapi Mid Semester, nilai-nilai Mid Semester pun dibagikan. Ternyata prestasi Firda menurun. Bahkan nilainya terpaut jauh dengan nilai Indah dan Arnia. Pak Hafizh wali kelasnya, khawatir dengan penurunan prestasi Firda. Beliaupun menemui kedua orangtuanya.

Bapak Guru     : Besok, sampaikan kepada orangtuamu ya ? Saya ingin menemui orangtuamu di rumah jam 15.00 WIB.
Firda                : Baik, Pak.
            Sore harinya, Pak Hafizh datang ke rumah orangtua Firda.
Pak Hafizh      : Assalamu’alaikum ?
Bu Dita           : Wa’alaikumsalam.. (datang sambil membukakan pintu). Maaf siapa ya ?
Pak Hafizh      : Saya wali kelasnya Firda.
Bu Dita           : Oh, iya Pak. Silahkan masuk. Sebentar, saya panggilin ayahnya Firda. (berjalan ke kamar dan memanggil Pak Novan)
            Pak Novan keluar dan menemui Pak Hafizh.
Pak Novan      : Ada perlu apa ya Pak ? (duduk di kursi tamu)
Pak Hafizh      : Begini pak, akhir-akhir ini nilai Firda menurun. Sebenarnya ada masalah
                          apa dengan Firda ?
(sambil menunjukkan daftar hasil nilai Mid Semester milik Firda)
  Pak Novan    : Saya juga kurang tahu. Akhir-akhir ini Firda memang agak berubah,                                    mungkin karena masalah keluarga, Pak.
(Bu Dita datang membawa 3 gelas minuman dan duduk disamping Pak Novan)
Pak Hafizh      : Sebenarnya saya juga sudah mengetahuinya dari Firda. Kalau boleh saya
beri nasehat, sebaiknya jika Bapak sedang bertengkar dengan Bu Dita, jangan di depan Firda. Karena secara psikologis, itu akan berdampak buruk pada Firda. Firda akan terus memikirkan pertengkaran kedua orang tuanya itu. Akibatnya, Ia pun jadi tidak fokus pada pelajaran.
Bu Dita           : Tuh kan Pak.. Kamu sih bertengkar kok di depannya Firda? (sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah Pak Novan)
Pak Novan      : Udah deh nggak sopan bertengkar di depan tamu? Maaf ya Pak Hafizh, istri saya memang sering begitu.
Pak Hafizh      : Iya enggak papa Pak. (Tersenyum)
Bu Dita           : Huh kamu ini ! (Matanya melirik ke arah Pak Novan)
Pak Hafizh      : Emm... Sepertinya cukup sekian yang bisa saya sampaikan Pak, Bu? Saya hanya pesan pada Bapak dan Ibu supaya lebih akur lagi dalam membina hubungan. Tolong sampaikan juga ke Firda supaya Ia bangkit dan kembali menjadi anak yang berprestasi.
Pak Novan      : Baik Pak, nanti saya sampaikan. Terimakasih sudah memperhatikan perkembangan anak saya Pak.
Bu Dita           : Iya Pak. Terimakasih. (Pak Novan dan Bu Dita tersenyum bersama)
Pak Hafizh      : Sama-sama Pak. Saya pamit pulang ya? (sambil bersalaman dengan Pak Novan dan Bu Dita lalu berjalan keluar rumah)
Bu Dita           : Hati-hati ya Pak? Terimakasih.
Pak Hafizh      : Iya. (tersenyum sambil berjalan ke arah motor miliknya dan menaikinya lalu bergegas pergi meninggalkan rumah kedua orang tua Firda)

Adegan V 

            Malam harinya, Ayah dan Ibu Firda mendatangi Firda yang sedang berada di kamar. Rupanya kedua oran tua Firda sudah sadar akan dampak pertengkaran orang tua bagi anak.
Ayah               : Nak? Ayah boleh masuk? (sambil mengetuk pintu kamar Firda)
Bu Dita           : Ini Ibu Nak.
Firda                : Iya. Masuk aja Yah, Bu.
(Ayah dan Ibu lalu masuk ke dalam kamar dan duduk diatas tempat tidur)
Firda                : Ada apaan Yah, Bu?
Pak Novan      : Begini Nak, Ayah dan Ibu mau minta maaf soal kejadian kemarin.
Firda                : Kejadian apa Yah? (sambil mengerutkan keningnya)
Bu Dita           : Kemarin kan Ayah dan Ibu sering bertengkar. Gara-gara itu, nilai Mid
Semester mu jadi turun kan Nak?
Firda                : Iya Bu. Maafin Firda ya, kalau Firda enggak bisa kasih nilai yang bagus
buat Ayah sama Ibu. (lalu merundukkan kepalanya)
Pak Novan      : Justru Ayah dan Ibu yang salah. Pasti kamu jadi tidak fokus pada
pelajaran karena memikirkan Ayah dan Ibu kan?
Firda                : Iya Yah. Jujur saja, Firda sangat sedih melihat Ayah dan Ibu bertengkar
                        Firda pengen Ayah sama Ibu akur.
Bu Dita           : Iya Nak. Mulai sekaranng Ayah dan Ibu berjanji tidak akan bertengkar
                        lagi. (sambil memegang tangan kanan Firda)
Firda                : Janji ya Yah? Bu? (wajahnya terlihat berseri)
Ayah & Ibu     : Iya. Janji ! (Ayah, Ibu dan Firda tersenyum bahagia)

            Sejak saat itu, Firda tidak pernah lagi melihat kedua orang tuanya bertengkar. Prestasi Firda yang menurun akhirnya kembali naik lagi. Bahkan Firda mendapat peringkat pertama di sekolahnya. Bukan hanya Firda yang senang. Kedua orang tuanya pun turut bangga atas prestasi yang diraih Firda.






Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter